Senin, 18 Oktober 2010

Masa Orientasi Peserta Didik (MOPDIK); Membangun Orientasi Pemikiran yang Holistik


Awal Tahun Pelajaran sekolah pada tingkat menengah atas biasanya diisi dengan berbagai kegiatan yang bertujuan pada pengenalan lingkungan sekolah dimana nantinya selama tiga tahun ke depan ia akan menjalani hari-harinya di lingkungan baru tersebut. Kegiatan tersebut ada di dalam Masa Orientasi Peserta Didik atau yang dikenal dengan MOPDIK.
Penting atau tidak, kegiatan ini merupakan fase paling awal bagi siswa membangun wawasan untuk mengenal diri dan lingkungannya, juga membuka orientasi ke arah mana mereka akan melangkah. Setelah pencarian panjangnya ke berbagai sekolah, siswa yang diterima di sekolah barunya secara pasti diarahkan untuk mencintai almamaternya tersebut. Barangkali inilah yang menjadi dasar mengapa MOPDIK ini diselenggarakan. Motivasi siswa mendaftar sekolah tidaklah sama, namun pada saat MOPDIK, orientasi akan dibangun bersama antara siswa, sekolah dan lingkungan sekitarnya. Tujuan-tujuan apa yang hendak dicapai, dari segi apa tantangan akan datang dan berbagai hal yang diperlukan sebagai bekal nantinya ketika ia sudah terjun ke dunia kerja. Begitulah kegiatan di dalam MOPDIK tersebut.
Dari perspektif stakeholder terutama pemerintah, tujuan pemerintah menggencarkan sekolah-sekolah kejuruan tentu tidak lepas dari kondisi tantangan kerja yang semakin berat apalagi dalam kondisi persaingan global seperti sekarang ini. Paling tidak Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan mampu mempersiapkan tenaga-tenaga kerja yang lebih siap dibanding sekolah-sekolah umum. Program-program keahlian yang dibangun di dalamnya juga bertujuan agar mereka mampu berdikari sehingga tidak selalu bergantung kepada orang lain. Karena bagaimanapun, ketergantungan kerja kepada orang lain akan semakin memicu terhadap meningkatnya angka pengangguran.
Walaupun demikian, tujuan-tujuan itu hendaknya tidaklah melahirkan dampak pemikiran yang deterministik pada siswa, apalagi identik dengan nilai materialisme. Masalah kerja, masalah persaingan global, hendaknya tidak menjadikan peserta didik membangun menara individualisme dan mengubur nilai-nilai ukhuwah. Jika itu yang terjadi maka dapat dipastikan cara-cara persaingan yang tidak sehat akan menjadi bagian yang terelakkan dalam kehidupan siswa, intensitas perkelahian pelajar akan meningkat, dan lebih jauh hal-hal negatif akan semakin tidak terbendung.

1 komentar:

  1. Saya sempatkan untuk mampir di blog kamu frend. Barangkali nanti ada manfaat pastinya saya akan menghubungi. keep on this!

    BalasHapus